Home >
Cerita Horor > Mancing Ikan Baung Ditemani Hantu Wewe Gombel (Nyata)
Mancing Ikan Baung Ditemani Hantu Wewe Gombel (Nyata)

Sore itu Balkan bersama sang mertua , dan kedua rekannya bermaksud memancing ikan Baung di sungai yang cukup luas di pinggir sebuah desa di Kotabumi, Lampung Utara. Mereka berempat berangkat dari rumah membawa dua buah motor naik bersama. Lokasi memancing ikan cukup jauh dari desa , dan atidak masuk kepedalaman, sehingga motor hanya bisa parkir sampai ke sebuah gubuk ditepi la, dang milik salah seorang diri petani. Motor lalu dititipkan kepada seorang diri lelaku tua paruh baya yang berpakaian lusuh.
Mereka berempat sebenarnya belum pernah memancing ke daerah tersebut, namun , dan mereka tahu lokasinya atas petunjuk teman , dan mereka yang pernah memancing disana. Mereka bertanya kepada laki-laki tua itu dilokasi yang tepat untuk memancing ikan Baung, lalu pria ramah tersebut memberi tahu ancar dilokasi sungai yang selalu digunakan orang memancing. Menurutnya, , dan mereka harus berjalan ke arah Barat dengan melewati jalan setapak yang berjarak sekitar 3 km. Patokannya adalah sebuah tanaman pohon beringin tua, tak jauh dari sana akan dijumpai sebuah sungai yang cukup besar.
Mereka berempat berangkat menuju sungai dengan melewati jalan setapak yang sempit , dan dipenuhi dengan rumput ilalang. Kiri-kanan jalan masih banyak dijumpai hutan yang cukup lebat, sesekali melewati beberapa la, dang penduduk. Sekitar setengah jam perjalanan, akhirnya , dan mereka menemukan tanaman pohon beringin tua yang cukup besar. Tidak jauh dari tanaman pohon beringin tersebut terdapat sungai yang cukup luas , dan dalam. Air sungai berwarna warna coklatan mengalir dengan tenang. Beberapa pohon bambu yang cukup banyak menghiasai pinggiran sungai tersebut. Mereka lalu menyisir tepi sungai nyambil mencari dilokasi yang tepat untuk memancing. Mereka tiba ketika hari sudah menjelang Maghrib.
Balkan, sang mertua , dan kedua rekannya mengambil posisi memancing dengan posisi berlainan, jarak diantara , dan mereka kira-kira 30 m. Diantara , dan mereka tidak saling terlihat karena dihalangi oleh semak belukar , dan pohon bambu yang rin, dang.
Sudah menjadi kebiasaan semua masyarakat di Lampung, kalau memancing ikan Baung menggunakan umpan kucur, yang terbuat ikan , dan daging busuk yang dicampur kapuk. Balkan tidak membuang waktunya untuk segera memasang umpan kucur di mata pancingnya. Perburuan ikan Baung pun segera akan dimulai.
Sudah satu jam berlalu, langitpun sudah menjadi menjadi gelap. Namun cahaya rembulan di hari malam itu cukup membantu membuat suasana menjadi remang-remang. Anehnya, sampai saat ini tak satupun ikan Baung diperoleh Balkan. Lalu dia beranjak dari tempat duduknya , dan bergoyang menuju tempat memancing temannya yang terdekat. Didapati temannya sudah mendapat dua ekor ikan Baung yang cukup besar. Entah karena solidaritas atau ingin memiliki privasi sendiri, rekannya itu justru berpindah memancing ketempat lain. Tentu Balkan tidak membuang kesempatan baik ini, lalu posisi rekannya digantikan oleh Balkan. Dalam hati ia berpikir, ketikati akan mendapat ikan Baung seperti temannya tadi.
Kembali Balkan menyiapkan umpan kucur , dan melemparkan mata pancingnya ke arah sungai, dibawah pohon bambu hutan yang sangat lebat. Tiba-tiba tali senarnya bergoyang lincah kesana kemari. Pasti ikan Baung luas sudah memakan makanannya, pikir Balkan. Pergumulan pun segera akan dimulai. Balkan segera memainkan keahliannya menarik , dan mengulur senarnya sedemikian rupa agar ikan Baung tangkapannya tidak leketika begitu saja. Beberapa beberapa waktu kemudian pancingnya tersentak keras , dan Balkan merasa mata pancingnya terleketika, karena tarikannya menjadi enteng sekali.
Segera digulungnya tali pancingnya untuk memastikan apa yang terjadi. Ketika ujung tali muncul ke permukaan air, ternyata mata pancingnya tidak putus, bahkan umpan , dan timah pemberat pancingpun masih terketikaang rapi. Alhamdulillah, hati Balkan tidak terlalu kecewa karena tidak perlu mengganti mata pancingnya. Namun dia mulai merasakan aneh dengan kejadian ini.
Mata pancing kembali di lempar ke dalam sungai. Tak lama kemudian, kembali senarnya mengencang. Kali ini Balkan tidak mau membuang kesempatan dalam memainkan pancingnya. Dengan berbagai teknik , dan pengalaman yang dimilikinya dia berusaha mengalahkan Ikan Baung yang se, dang memakan makanannya. Pergumulan kembali terjadi dengan sengit, tarik menarik antara Ikan , dan Balkan berlangsung beberapa menit lamanya. Sayangnya, kejadian per, dana tadi terulang kembali. Tiba-tiba dia merasa ikan itu menyentak pancingnya dengan keras , dan beberapa beberapa waktu kemudian tarikannya terasa ringan sekali, pertanda mata pancingnya terleketika dibawa ikan.
Kembali kekecewaan Balkan terobati karena mata pancingnya ternyata masih utuh, seperti tidak terjadi apa-apa. Tentu saja Balkan semakin heran, seharusnya mata pancingnya menjadi putus karena tarikan ikan Baung tadi keras sekali. Tetetapi dia masih penasaran , dan kembali melempar mata pancingnya ke tengah sungai.
Baru juga masuk beberapa beberapa waktu ke dalam sungai, umpan kucur di mata pancingnya terasa ada yang memakannya. Kejadian seperti sebelumnya kembali terjadi. Pergumulan antara Bakan , dan ikan lebih seru dari sebelumnya. Tarik menarik berlangsung lama , dan cukup menguras tenaga. Akhirnya kembali lagi Balkan dikalahkan oleh ikan misterius tersebut. Dia merasa mata pancingnya kali ini ketikati benar-benar putus, karena tarikan senarnya sudah langsung mengendur. Tetetapi ketika sampai ke permukaan air, mata pancing , dan timah pemberatnya masih terketikaang rapi, kecuali umpan kucur yang sudah tidak ada.
Mungkin karena kesal sudah mengalami kejadian ini selama tiga kali, kesabaran tukang ojek yang merangkap sebagai guru ngaji ini pun mulai hilang. Sumpah serapah keluar dari mulutnya.
“Dasar ikan sialan ! Kalau mau memakan umpan ya memakan saja, jangan main-main. Kalau kamu setan, muncul saja sekalian …,” meneriaki Balkan dengan kesal, setengah menantang.
Sambil duduk bersila, Balkan memegang mata pancingnya , dan bermaksud memasang kucur yang ada disisi kanannya, nyambil menyalakan batere kecil sebagai penerangannya. Ketika kepalanya menoleh ke kenan, alangkah terkejutnya karena disampingnya ada seorang diri nenek-nenak se, dang jongkok berpakaian kebaya zaman dulu dengan kedua bola mata nya yang panjang melotot , dan wajah berantakan dipenuhi benjolan-benjolan seperti orang terkena penyakit kusta. Sontak semua bulu kuduk , dan semua rambut yang dimiliki Balkan berdiri tetidak seperti landak.
Beberapa beberapa waktu lamanya ba, dan Balkan tidak bisa bergoyang , dan saling pan, dang dengan hantu wewe gombel yang ada dihadapannya. Masih beruntung, dalam kondisi merasa takut yang luar biasa, dia teringat nasihat almarhum ayahnya. Beliau pernah bercerita kalau ketemu dengan hantu, hujamkan pisau atau benda tajam lainnya ke bumi, maka hantu itu ketikati akan hilang. Dengan sisa kekuatan yang masih tersisa, secara repleks Balkan mengambil pisau belati yang tersimpan dari balik bajunya , dan menghujamkannya ke bumi nyambil mengucapkan sumpah serapah. Sontak saja wewe gombel itu tiba-tiba menghilang dari pan, dangannya.
Kemudian Balkan segera berdiri , dan berteriak minta tolong nyambil memanggil mertuanya. “Toolooong …a..a..baaah !”
Beberapa kali Balkan berteriak, tetetapi anehnya, suaranya dari mulutnya seakan-akan terganjal di tenggorokan. Dia merasa sudah berteriak sekeras-kerasnya, namun hasilnya justru nihil, tak terdengar suaranya sedikitkpun dari mulutnya.
Dengan sisa kekuatan yang ada, Balkan berusaha berjalan nyambil mulutnya terus berteriak. Tetetapi langkahnya terasa berat sekali. Satu langkah itu terasa seperti membawa beban yang sangat berat, tetetapi dia terus berjuang nyambil berteriak , dan membaca ayat suci Al-Qur’an dalam hati. Baru pada langkah ke tujuh kakinya terasa ringan , dan tiba-tiba teriakannya menjadi normal , dan kencang sekali.
Sayup-sayup terdengar jawaban diujung sungai. Balkan segera bergoyang cepat mencari rekan-rekannya, namun , dan mereka tidak ditemukan. Balkan terus melewati tepi sungai dengan cepat. Akhirnya setelah bergoyang beberapa menit , dan mereka ditemukan. Ternyata rekan-rekannya berada cukup jauh darinya, sekitar 1 km dari dilokasi kejadian.
Mereka berempat sepakat untuk menghentikan kegiatan memancingnya , dan kembali ke gubuk petani. Sesampainya disana Balkan menceritakan kejadian yang dialaminya ke pak tua. Petani itu kemudian menjelaskan kalau tempat tersebut memang angker , dan Balkan bukan orang per, dana yang mengalami hal serupa. Beberapa pemancing pun pernah mengalaminya. Ternyata menurut pak tua, tidak jauh dari dilokasi kejadian tersebut terdapat makam tua yang tidak terurus. Mungkin penghuni alam gaib yang ada disana merasa terganggu , dan marah dengan kehadiran , dan mereka sehingga menakut-nakuti , dan mereka.
Sejak itu Balkan tidak berani lagi memancing ikan Baung ke daerah tersebut , dan kejadian itu menjadi bahan pelajaran berharga baginya sampai dari sekarang.
Kategory :
Cerita Horor
Tags : Kisah hantu, cerita hantu, cerita seram, misteri rumah hantu, rumah berhantu, kisah nyata, hantu perempuan, hantu seram, mancing ikan, wewe gombel
Post Date : 23-11-2022